BIG PARTY AT SOUTH AFRICA >>

Kolom Budaya Piala Dunia
Paul 'Kalahkan' Jerman

Jakarta - Spanyol akhirnya menang dan masuk final. Adakah Spanyol akan terus mulus untuk meraih gelar juara? Dan benarkah kekalahan Der Panzer itu gara-gara ramalan Paul si Gurita? Inilah catatan soal itu.

Sejarah rupanya tidak berulang. Prediksi Spanyol lawan Jerman, pasukan Joachim Loew kalah, ternyata salah. Jerman justru ditekuk dan harus balik kandang. Permainannya yang agresif ketika menghadapi Argentina pupus. Tim Panser malahan terkesan defensif.

Jerman memang loyo ketika menghadapi Spanyol. Padahal saat melawan Argentina, tim ini terlihat amat perkasa. Gelombang serangan yang dilancarkan memikat. Permainannya dinamis. Ini yang membuat laga itu enak dinikmati, dan membuat banyak pihak berkeyakinan Jerman bakal menang serta punya kans untuk menjuarai Piala Dunia kali ini.

Namun ketika menghadapi Spanyol, Jerman seperti kehilangan roh. Tim ini kesulitan untuk lepas dari kepungan dan cecaran serangan pemain Spanyol. Maka ketika sundulan Carles Puyol tak mampu ditepis Manuel Neuer, tim Matador pun menang. Jerman takluk!

Terus terang pertandingan Jerman lawan Spanyol kurang menarik. Permainan mereka membosankan. Dua tim tampak sangat berhati-hati. Bola lebih banyak berputar-putar di tengah lapangan, dan hanya sesekali aliran bola menukik pada areal penalti. Namun kalau dirata-rata Spanyol lebih agresif melakukan penyerangan. Adakah itu gara-gara ramalan gurita Si Paul?

Permainan bola memang tidak hanya teknis. Itu karena pemainnya punya jiwa. Jiwa manusia celakanya punya labilitas tinggi. Jiwa yang rapuh akan mendegradasi kemampuan teknis. Jiwa yang kuat memberi tambahan semangat. Dan kerapuhan jiwa ini yang rasanya melanda para pemain Jerman.

Kalau dicari pembenaran, banyak kontrol bola pemain Jerman yang salah. Mereka salah menerima umpan dan salah dalam memberi umpan. Yang paling kentara lagi terjadi pada penjaga gawang. Kiper yang sebelumnya tenang dan tegar itu tampak grogi. Dia kurang sadar posisi.

Ini tampak dari sikapnya. Saban tendangan yang dilancarkan pemain Spanyol selalu diikuti dengan terbang atau menjatuhkan diri. Padahal tendangan itu jauh dan agak jauh dari gawangnya. Kiper yang sadar posisi pasti tidak akan melakukan itu. Selain boros energi. Juga mengesankan tidak tahu sedang berdiri di mana, dan sudah menutup gawang atau belum.

Jika benar para pemain Jerman sedang dililit problem psikologis saat menghadapi Spanyol, maka hanya satu yang bisa dipersalahkan. Dia adalah gurita yang bernama Paul. Binatang ini selalu dipakai sebagai "mediator" untuk melihat keberuntungan dan "kebuntungan" Der Panzer selama berlaga. Ketika Jerman melawan Spanyol, Paul menebak Jerman kalah.

Memang betul kita terlalu picik "menyalahkan" binatang. Tapi binatang inilah yang dipakai sebagai media untuk meruntuhkan keyakinan dan semangat para pemain Jerman. Ramalan itu telah memotivasi Der Panzer lelah dan renta saat bertanding, karena pikiran dan batinnya telah "dirusak" ramalan yang menyebutnya kalah.

Dengan kata lain, Jerman kalah bukan semata hanya "dikalahkan" lawannya, tetapi jauh-jauh hari telah dikalahkan warganya sendiri . Der Panzer berangkat berjuang di semifinal untuk membela negeri tidak diberi semangat agar menang, tetapi batinnya dinegasi dengan ramalan kalah dan motivasi sejenisnya.

Memang kadang banyak yang menganggap pikiran seperti ini irasional. Namun rasionalitas seperti apa yang tidak melibatkan batin dan jiwa? Dalam banyak kejadian psywar sangatlah berperan. Ini perang yang wajib dilakukan sebelum berperang. Uniknya, Jerman telah "diperangi" warganya sendiri sebelum "perang" melawan Spanyol.